Beranda > Keheningan > KOMUNISME

KOMUNISME

Saya sama sekali tak tahu apa itu komunisme?… Namun kata-kata komunisme atau PKI begitu sangat menakutkan bagi sebagaian besar rakyat Indonesia. PKI bagaikan setan yang selalu menghantui seluruh rakyat dan Pemerintahan Bangsa Indonesia, lebih-lebih pada masa orba.

Semasa Gus Dur menjabat sebagai Presiden RI, anjuran beliau untuk mencabut Tap MPRS XXV/1966 ditentang habis-habisan. Ini pertanda betapa pemerintah sedemikian takutnya akan lahirnya lagi PKI di bumi Nusantara ini. Apa alasan kita atau pemerintah menjadi begitu takutnya? Di Negeri leluhurnya paham komunis telah hancur, dan barangkali paham komunis ini sudah tak relevan dengan kehidupan saat kini. Nah, kenapa kita mesti takut? Untuk menegakan demokrasi yang sejati kita mestilah menjunjung tinggi kebebasan dan kesetaraan setiap warga negara dalam berkeyakinan dan menganut suatu ideologi?

Aku sama sekali tak begitu paham tentang ajaran komunis, namun semasa kecil aku hidup dilingkungan organisasi-organisasi kiri, sehingga aku mengenal orang-orang kiri dari sangat dekat. Dan akupun ikut terlibat dalam hyporia organisasi-organisasi sayap kiri seperti PKI, BTI, IPPI, Pemuda Rakyat, Lekra dengan lagu-lagu perjuangan yang penuh semangat. Walau aku sama sekali tak paham apa yang dibicarakan, namun aku suka nguping pada klas SP (sekolah politik) yang diadakan di balai desa/balai banjar di kampungku. Disamping itu kadang aku nguping diskusi antara ayah, paman-pamanku dan teman-temannya. Mereka kadang-kadang kumpul dirumahku membicarakan dan membanding-bandingkan antara ajaran komunis, dengan ajaran-ajaran agama, khususnya agama Buddha, Hindu, Theosofi (Krishnamurti).

Dari pembicaraan-pembicaraan mereka, bahwa paham komunis tak jauh berbeda dengan ajaran agama. Pada intinya baik ajaran agama maupun ajaran komunis adalah bertujuan untuk mencapai kebebasan. Agama bertujuan untuk mencapai kebebasan dari “papa” atau “dukha” agar tercapai keheningan (sunya), sedangkan komunisme bertujuan untuk membebaskan rakyat dari kemiskinan, kesengsaraan akibat dari penindasan atau pengisap manusia atas manusia, agar tercapai kesejahteraan dan kedamaian bersama. Landasan agama adalah cinta-kasih yang lebih bersifat individu, sedangkan komunis bersifat kolektif/komune yang berlandaskan kemanusiaan dengan motto sama rata sama rasa.

“Untuk mencapai pembebasan tertinggi dari agama yaitu kebebasan batin dari “papa atau dukha” mesti diawali dengan perjuangan komunisme yaitu pembebasan phisik atau kehidupan rakyat dari penindasan, kemelaratan, dan kebodohan. Untuk perjuangan ini mestilah ada loyalitas, solideritas yang tinggi yang berlandasan kemanusiaan dan cinta-kasih.” Inilah hal-hal yang sering mereka kemukakan dalam diskusi-diskusi mereka.

Dialog yang mereka lakukan cukup menarik untuk disimak. Untuk sampai pada keheningan mestilah ada kebebasan batin dari semua keterkondisiannya. Batin dapat bebas hanya apabila batin dalam kondisi sehat, dan batin yang sehat adalah batin yang bebas dari penindasan, dari kemiskinan, dari kebodohan. Untuk inilah diperlukah langkah perjuangan komunisme. Karena paham komunis yang menentang penindasan manusia atas manusia, sangat menjunjung tinggi kemanusiaan, dan berjuang demi keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Bila ini tercapai maka keserakahan individual akan berakhir. Sama rata sama rasa adalah keadilan, adalah sosialisme, adalah kesejahteraan bersama dan kedamaian bersama.

“Dan bagaimana dengan Tuhan kita?” ini salah satu pertanyaan dari teman diskusinya. “Kata Tuhan, bukanlah Tuhan. Otak manusia, pikiran manusia tak’an dapat memikirkan Tuhan yang tak terbatas, acintya (tak terpikir). Yang utama pada saat ini adalah bagaimana manusia bebas dari penindasan, penderitaan, kebodohan. Bila ada kesejahteraan, batin yang sehat, kedamaian, disitu barangkali akan timbul energi kecerdasan yang lebih tinggi yang dapat menebus, melampaui semua materi (pikiran) manusia. Ini adalah sesuatu yang bersifat individu, tak perlu dibicarakan disini”, jawab pamanku. “Bagaimana dengan tradisi kita?” Tanya yang lainnya. “Tradisi adalah budaya, ciptaan dari budi dan daya manusia. Beberapa bagian dari tradisi yang disakralkan menjadi ritual. Hal ini tak ada kaitannya dengan yang maha tinggi (tuhan). Tradisi ini adalah penyakit yang mesti diberantas; karena akan sangat menghambat tercapainya energi murni dari kecerdasan tertinggi”, jawab ayahku.

Dari sedikit yang kudengar, pada intinya ajaran komunis ini sangatlah mulya. Namun sangatlah sedikit dari kita yang mampu menerapkan, seperti halnya ajaran agama. Kita boleh jadi adalah orang-orang beragama, namun hanyalah sebatas label. Kita sama sekali tak mampu menghayati kebenaran agama sejati. Seperti halnya komunisme sejati adalah perjuangan manusia untuk kemanusiaan agar tercapai sosialisme, kesejahteraan dan kedamaian bersama.

Bila kita mengenal orang-orang PKI lebih dekat, mereka adalah manusia-manusia biasa yang humanis, loyal, punya rasa setia kawan dan semangat juang yang tinggi. Jadi tak ada alasan bagi kita atau pemerintah merasa takut dengan KOMUNISME….?

Kategori:Keheningan
  1. Belum ada komentar.
  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar